BERITAINDEPENDEN.COM, JAKARTA – Aliansi BEM Jakarta Bersuara yang terdiri dari BEM Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), BEM Uhamka, Kalbis Institute, BEM Jayabaya, BEM Esa Unggul, BEM Trilogi dan BEM Stikes Binawan, menggelar konferensi pers terkait virus corona (Covid-19), Lockdown Solusi atau Politisasi di MM Juice, Cikajang, Jakarta Selatan, Sabtu (04/04/2020).
Konferensi pers dipimpin langsung oleh Presma BEM UMJ 18-19, Dheden Pratama, dan turut hadir Perwakilan Presma se-Jakarta.
Presma UMJ 19-19, Dheden, mengajak masyarakat agar tidak menimbun Alat Pelindung Diri (APD), yang dinilai sangat merugikan masyarakat.
“Jadi kami berpesan kepada semua stakeholder jangan mencari keuntungan ditengah wabah ini dengan menimbun APD yang sangat langka barangnya, karena hari ini semua orang sangat membutuhkan dan meminta Pemprov DKI Jakarta agar menindak tegas oknum penimbun masker, Ambil contoh PD pasar jaya cek disana semahal apa harganya? Pasar itu dibawah tanggung jawab pemerintah provinsi, terkesan dibiarkan hingga masyarakat mulai merasakan keresahan,” ungkap Dheden.
Senada dengan Dheden, Ginda FBR Ginting, Perwakilan BEM Esa Unggul, mengatakan Pemerintah pusat telah mengupayakan ekonomi masyarakat agar dapat tetap tumbuh dan juga terus meminimalisir masuknya penyebaran virus corona (Covid-19) di Zona Merah.
“Saya melihat pemerintah sudah melakukan semaksimal mungkin untuk mengantisipasi ekonomi yang melumpuh ini dan mari kita support UMKM yang ada untuk memproduksi APD dan Anies jangan hanya bincang-bincang di dunia maya dan lupa di dunia nyata,” tegas Ginka.
Yazid Al-Bustomi, Presma BEM Stikes Binawan, Menilai bahwa fasilitas hotel bintang 5 untuk tim medis sangat berlebihan.
“Bagaimana dokter bisa tidur dengan nyaman, apabila setiap hari nya pasien virus Corona terus bertambah, karena gubernur Jakarta belum melakukan sosialisasi terhadap seluruh masyarakat Jakarta tentang pengecekan rapid test,” tutur Yazid.
Menanggapi Yazid, Ray Lekahena, Presma BEM Kalbis Institute, Menurutnya dalam kondisi sekarang sinergitas antar masyarakat adalah hal yang mutlak dan wajib dilakukan. Jangan bersikap egois, yang ada bantu yang tidak ada, dan yang tidak ada harus memanfaatkan barang yang ada. Dan ia juga menanyakan sejauh mana persiapan lockdown, jika itu kebijakan efektif yang dilakukan oleh pemprov DKI Jakarta.
“Kondisi psikologi sosial kita hari ini sedang dilanda musibah, mulai dari punic buying hingga menimbun APD, hal ini saya rasa tidak berprikemanusiaan, mari saling bantu, karena ini panggilan kemanusiaan, pemprov harus melihat kebijakan yang sangat preventif jika lockdown itu solusi,” ajak Ray.
Senada dengan Aldo, Presma BEM UHAMKA, Mengatakan dampak politik hari ini lebih terkesan saling menyalahkan satu sama lain, mulai dari A serang B, B serang C, C serang masyarakat. Ini merupakan dampak politik elite yang pesimis terhadap musibah, jika elite sigap dan tanggap pada kondisi hari ini, maka wabah ini tidak semakin besar.
“Elite hari ini masih saja sibuk merangkai kata untuk mengembalikan kepercayaan publik, sehingga corona tidak serius untuk diantisipasi, saya kira dengan kerja kerja yang serius, itu membuat kepercayaan publik kembali normal, namun apa ini startegi untuk menyembunyikan isu lain nya,” kata Ronaldo Zulfikar.
Ade, Presma Trilogi, Memberikan ultimatum kepada Anies Baswedan, untuk tidak asal bicara soal shock terapi lockdown.
“Jangan asal bicara shock terapi, jika konsep nya terkesan prematur,” lanjut Ade.
Shangyang, Menlu Universitas Jayabaya, Mengatakan bahwa covid-19 itu bukan untuk aksi jua diri untuk memancing kegaduhan di masyarakat dengan alasan lockdown sebagai efek kejut bagi masyarakat Jakarta.
“Saya melihat juga ini merupakan upaya penggulingan pemerintahan yang sah,” tutup Aldo.
Para pejuang rela mati , layak dapat lebih dari cmn sekedar Hotel Bintang lima. Daripada kalian yg cmn diam aja ketika negara dikorupsi gila2an, kmn kalian ketika negara dikorupsi… ???
Bukankah orang orang itu justru yg terlihat sedang berpolitik untukenjatuhkan pak Anies? Di saat pak Anies sedang berjuang dgn waktu melawan korona, bukankah mereka tau mengapa hotel dipake pak Anies untuk para petugas kesehatan!. Dan buka kah itu tidak pake uang mereka! Kenapaereka nyolot! Terlalu kentara sekali mereka muncul dari limbah pembenci Anies sehingga upaya dan tidak melihat cara dan perjuangan pak Anies selama ini. Dan mereka lupa dan coba tutup mata kita masyarakat bahwa pemerintahlah yg selama ini terkesan main main dan tidak serius dgn wabah korona, pemerintah lah yg lambat ambil keputusan, pemerintah lah yg masih membuka diri dgn China untuk bisa keluar masuk negara ini, saat seharusnya pintu itu di tutup untuk menjaga negara ini dari virus korona, pemerintah yg masih berpikir keras melakukan gebrakan untuk lindungi rakyatnya, dan sekarang atas semua tindakan yg serba terlambat dan terkesan mencla mencle kalian lalu coba usik dan menyerang lagi pak Anies? Siapa yg sedang berpolitik saat koroner ini kalian atau pak Anies? Kalian benar benar sakit, kalian gadai bangsa ini untuk nafsu dan otak kalian yg kerdil, jiwa kebangsaan kalian tidak ada kalian terkesan selalu bodohii rakyat ini,
Pro kontra pasti ada, tim medis diberi penginapan hotel bintang 5 adalah penghargaan atas jerih payah mereka dlm melaksanakan tugas berat yg saat ini wajib diemban, terbungkus 5-6 jam dg pakaian hamzat bukan tdk mengeluarkan energi yg bnyk sekali, dg adnya penginapan mereka tdk bolak balik kermh masing2, adalah salah satu cara memutus mata rantai penularan copid 19.
Jangan kau tanyakan pemberian fasilitas hotel itu berlebihan, tanyakan pada diri kau yg katanya aliansi BEM ” apa yang sudah kau berikan terhadap penanganan covid@19 ? Apa yg sudah kau perbuat untuk masyarakat ? Jangan hanya mengkritisi..yg kau sendiri tak paham. Atau jgn2 anda anda yg mencari sensasi dan ruang publik dibalik penyokong. Masih muda…jernihlah menilai.